siklus
hidup pada lumut daun. Perhatikan Gambar 5.
Sebagian
besar spesies lumut daun bersifat heterotalus. Gametofit jantan membentuk
anteredium dan gametofit betina membentuk arkegonium. Sperma dari
anteredium dengan perantaraan air berenang menuju sel telur di dalam
arkegonium kemudian terjadi pembuahan yang menghasilkan zigot. Zigot
yang bersifat diploid kemudian akan mengalami mitosis dan
bekembang menjadi sporofi t embrionik di dalam arkegonium. Pada ujung
batang sporofit yang memanjang terdapat sporangium, yaitu kapsul
tempat spora haploid berkembang. Sporangium juga berfungsi sebagai
tempat terjadinya pembelahan mitosis. Setelah masak, kapsul spora pecah
dan spora terpencar keluar. Spora-spora tersebut apabila menemukan
tempat yang memiliki kelembaban yang sesuai akan berkecambah
membentuk protonemata (jamak dari protonema) kecil yang berwarna hijau.
Protonemata
haploid tersebut terus tumbuh dan berdiferensiasi sehingga membentuk
gametofit. Gametofit dewasa akan membentuk gamet-gamet yang akan
berkembang dan kembali menjalani siklus serupa. Perkawinan antara gamet
jantan dan gamet betina membentuk spora merupakan perkembangbiakan secara
seksual (generatif). Selain melalui perkembangbiakan generatif, lumut juga
berkembang biak secara vegetatif. Bagian gametofit lumut yang patah dan
terbawa angin atau burung yang mencari bahan sarang bisa tumbuh apabila
jatuh di tempat-tempat yang lembab. Beberapa jenis lumut juga sangat
mudah membentuk tunas-tunas atau gemma. Gemma merupakan tubuh bersel
satu atau banyak. Seringkali, menguncup dari jaringan generatif khusus
pada batang, daun, rizoid, atau protenema. Gemma dapat secara efektif
memberikan persebaran dalam waktu singkat. Contohnya terdapat pada Calymperes
erosum dan Marchantia polymorpha. Jenis yang pertama tersebut
adalah anggota lumut daun yang mempunyai gemifereous leaf pada bagian
ujung daunnya, sedangkan jenis yang satunya merupakan lumut hati yang
mempunyai gemma cup pada permukaan talusnya. Perhatikan Gambar 6 dan 7.
3.
Klasifikasi Lumut
Di dalam
Dunia Tumbuhan, lumut dikelompokkan ke dalam Divisi Bryophyta. Kata
Bryophyta dari bahasa Yunani, yaitu bryon (lumut) dan phyton (tumbuhan).
Divisi tersebut, berdasarkan bentuk gametofit dan sporofitnya, dibagi
menjadi 3 kelas, yaitu Kelas Bryopsida atau lumut daun, Kelas
Hepaticopsida atau lumut hati, dan Kelas Anthocerotopsida atau lumut
tanduk.
a. Lumut
Daun (Bryopsida)
Lumut daun
merupakan tumbuhan lumut yang paling terkenal. Hamparan lumut daun terdiri
dari satu tumbuhan lumut daun yang tumbuh dalam kelompok yang padat,
sehingga satu sama lainnya bisa saling menyokong dan menguatkan. Hamparan
ini memiliki sifat seperti karet busa yang bisa menyerap dan menahan air.
Contoh lumut daun adalah Sphagnum sp. (lumut gambut), Bryum
sp. (hidup di tembok atau batuan yang lembab), dan Aerobrysis
longissima (hidup sebagai epifit di hutan). Perhatikan Gambar 9.
Tubuh lumut
daun bisa dibedakan menjadi rizoid, batang, dan daun. Rizoid merupakan
deretan sel yang memanjang atau filamen seluler, menyerupai akar pada
tumbuhan tingkat tinggi. Melalui rizoid ini, lumut daun dapat melekat pada
benda tempat hidupnya, misalnya saja pohon, dinding, atau bebatuan.
Sementara, fotosintesis banyak terjadi pada bagian atas rizoid yang
menyerupai batang atau daun. Namun perlu diingat, jikalau bentuk batang,
daun, maupun akar (rizoid) lumut daun tidak sama persis strukturnya dengan
tumbuhan vaskuler.
b. Lumut
Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati
merupakan lumut yang kurang menyolok penampilannya bila dibandingkan
dengan lumut daun. Tubuh masih berupa lembaran (talus) yang terbagi atas
beberapa lobus. Bentuknya akan mengingatkan pada lobus hati pada hewan.
Karena itu, lumut ini dinamakan lumut hati. Contoh lumut hati adalah Marchantia
polymorpha dan Porella sp. (Gambar 10).
Siklus hidup
lumut hati sangat mirip dengan siklus hidup lumut daun, yakni pembiakan
secara seksual dan aseksual. Di dalam sporangia, beberapa lumut hati
mempunyai sel berbentuk kumparan, disebut elatera, yang muncul dari
kapsul. Elatera ini akan terlepas ketika kapsul terbuka, sehingga spora
akan terpancar keluar dari kapsul. Selain itu, lumut hati juga dapat
berkembangbiak secara aseksual (vegetatif ). Sel yang berperan adalah
berkas-berkas sel kecil yang disebut dengan gemma. Oleh tetesan air hujan,
gamme ini dapat terpelanting keluar dari mangkuk (talus) yang ada pada
permukaan gametofit. Akibatnya, jika gemma jatuh di tempat yang cocok,
gemma tersebut akan membentuk individu baru.
c. Lumut
Tanduk (Anthocerotopsida)
Lumut tanduk
mempunyai kemiripan dengan lumut hati, yakni pada gametofitnya. Bedanya,
lumut tanduk memiliki sporofit yang berupa kapsul yang memanjang dan
tumbuh seperti tanduk dari hamparan gametofit. Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros
laevis dan Notothylus indica. Perhatikan Gambar 11.
Lumut Epifit
Lumut epifit adalah sebutan untuk komunitas lumut yang hidup pada pepohonan. Lumut-lumut tersebut hidup menempel pada kulit pohon yang hidup maupun gelondongan kayu yang sudah lapuk. Di hutan, terutama hutan lumut, lumut epifit melingkupi hampir semua bagian hutan, mulai dari pangkal pohon di dekat permukaan tanah sampai permukaan kanopi pohon. Komunitas ini memiliki peran penting terutama dalam siklus hidrologi karena mempunyai kemampuan mengikat dan menahan air yang tinggi.
Lumut epifit adalah sebutan untuk komunitas lumut yang hidup pada pepohonan. Lumut-lumut tersebut hidup menempel pada kulit pohon yang hidup maupun gelondongan kayu yang sudah lapuk. Di hutan, terutama hutan lumut, lumut epifit melingkupi hampir semua bagian hutan, mulai dari pangkal pohon di dekat permukaan tanah sampai permukaan kanopi pohon. Komunitas ini memiliki peran penting terutama dalam siklus hidrologi karena mempunyai kemampuan mengikat dan menahan air yang tinggi.
Komentar
Posting Komentar